Sabtu, 28 Juli 2012

Domba pun Bisa Mabuk Perjalanan !!


“Ternak apapun yang melakukan perjalanan lebih dari 3 jam maka akan mengalami stress atau mabuk perjalanan! Itulah kenapa dianjurkan bagi pengemudi kendaraan pengangkut ternak untuk berhenti sejenak seandainya perjalanan lebih dari 3 jam!”

“Ternak yang usia kebuntingannya masih awal ataupun kebuntingan sudah terlampau besar juga rawan keguguran bilamana perjalanan lebih dari 3 jam! Idealnya ternak dikirim pada usia kebuntingan 2 ataupun 3 bulan namun seandainya tetap harus dikirimkan maka kehati-hatian pengemudi mutlak diperlukan” lanjutnya kembali.

“Saat tiba di lokasi tujuan pun ternak sebaiknya jangan langsung dimasukkan ke dalam kandang, biarkan ternak menghirup udara segar terlebih dahulu dan bilamana ada lahan rumput maka gembalakan kurang lebih 30 menit baru sesudah itu masuk ke dalam kandang.”

Domba Jantan di mana kasus yang terjadi selama ini hanya dihadapkan pada resiko penyusutan berat Kg hidup ternak dan umumnya akan segera pulih kembali dengan penanganan yang baik saat tiba di lokasi tujuan. “Keseimbangan metabolisme ternak apapun akan terganggu bilamana menempuh perjalanan melebihi 3 jam, olehkarenanya saat ternak tiba di lokasi tujuan terdapat beberapa hal yang harus dilakukan terkait penanganan stress atau mabuk perjalanan pada ternak:

           1. Hindari Perlakuan Kasar Saat Ternak Tiba.
Sebagai contoh saat menurunkan ternak dari kendaraan sebaiknya tidak terburu-buru begitu kendaraan berhenti, biarkan sejenak dan turunkan secara teratur. Keseimbangan ternak yang belum stabil bukan tidak mungkin menyebabkan ternak akan terjatuh dan rawan risiko cedera.

2. Hindari Ternak Langsung Dimasukkan Kandang. Biarkan ternak menghirup udara segar di luar sejenak selepas diturunkan dari kendaraan pengangkut. Seandainya ada lahan rumput maka dapat digembalakan sebelum masuk ke dalam kandang atau paling tidak berikan pakan rumput di luar kendaraan namun tetap tidak di dalam kandang. Saat ternak masuk ke dalam kandang pun diusahakan  pakan rumput sebaiknya sudah tersedia. Ternak dalam hal ini memerlukan penyesuaian dengan lingkungan baru (fase adaptasi). Khusus Domba Garut di mana termasuk jenis hewan ternak yang memiliki daya adaptasi tinggi namun pengecualian untuk anak domba perlu mendapatkan perhatian khusus saat tiba di lokasi tujuan khususnya berawal dari langkah-langkah di atas.

      3. Lakukan Pemandian& Penjemuran Ternak.
Saat ternak tiba di lokasi tujuan, namun kegiatan pemandian dan penjemuran ternak ini bukan berarti harus dilakukan begitu ternak tiba di lokasi tujuan, paling tidak 1 hari setelah ternak tiba di lokasi tujuan maka dapat dimandikan dan dilakukan penjemuran. Lakukan pengamatan terhadap kondisi tubuh ternak.  penyakit kelelahan yang umumnya seringkali terjadi misalnya adalah flu ataupun meriang. Tidak perlu panik dan khawatir, gejala yang umumnya seringkali tampak pada proses adaptasi ternak adalah berupa hidung berair ataupun bilamana dimasukkan termometer ke dalam dubur ternak maka suhu agak tinggi, segera pembaca menghubungi dokter hewan ataupun mantri terdekat yang ada di sekitar lokasi ternak dan biasanya akan dilakukan penyuntikan antibiotik. Ada pula cara lain yang dapat menangani kasus ini dari pengalaman peternak senior yaitu dengan memberikan obat meriang ataupun flu untuk manusia dan bisa juga dengan ramuan tradisional untuk mengatasi mabuk perjalanan. 

Alternatif Pakan Domba - Kambing di Musim Kemarau


Menghadapi tantangan di musim kemarau, pemberian pakan alternatif selain rumput sebenarnya bisa saja diupayakan, hanya saja di sini sebaiknya Kita harus berhitung cost & benefitnya terkait pengadaan pakan di luar rumput tersebut. 


Sebagai contoh misalnya Kita mengupayakan untuk meningkatkan pemberian pakan tambahan seperti ampas tahu, ampas kedelai, bungkil kelapa maupun campurannya seperti konsentrat untuk menggantikan pakan rumput, apakah biayanya masuk terkait sektor usaha yang sedang Kita jalani?


Pemanfaatan limbah pasar seperti kulit buah ataupun kulit kacang bisa juga diupayakan seperti yang pernah dilakukan oleh para peternak pada musim kemarau tahun lalu, walaupun memang dalam praktiknya juga berebut dengan peternak lainnya. Idealnya memang seorang peternak memiliki lahan rumput yang tidak diganggu gugat sebagai antisipasi musim kemarau, namun skala kepemilikan ternak yang dikembangkan sebagai usaha rakyat di Indonesia tentunya membutuhkan keterlibatan dukungan banyak pihak di dalamnya.

Dengan jumlah ekor domba yang Bapak pelihara saat ini sebenarnya tidak terlampau luas terkait lahan yang diperlukan untuk kemandirian pakan dengan cara menanam rumput. Sebuah informasi menarik yang belum lama ini Saya peroleh dari web Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, KLIK. http://kalteng.litbang.deptan.go.id/, produksi rumput King Grass pada umur penanaman 2 bulan adalah 16 kg/m2, artinya dengan siklus panen rumput King Grass yang dapat dilakukan per 45 hari dan kebutuhan pakan ternak Bapak misalnya 150 Kg rumput per hari (15 ekor domba x 10 Kg rumput per hari) maka dalam 1 hari diperlukan luas lahan rumput King Grass yang dipanen yaitu 9m2 (150 Kg : 16 Kg), kemudian agar panen dapat berlangsung setiap hari maka luasan lahan yang dibutuhkan adalah 405m2 (9m2 x 45 hari). Jenis tanaman legum seperti Cebreng, Lamtoro ataupun Kaliandra juga tidak ada salahnya ditanam sebagai pagar hidup di lahan

Cara Mendeteksi Domba - Kambing Birahi


Cara yang paling mudah untuk mengetahui induk domba betina dalam keadaan birahi saat dikawinkan adalah manakala dinaiki oleh pejantan untuk kawin maka betina akan diam, artinya perkawinan tidak perlu dipegangi induk betinanya oleh manusia.

Ada istilah 3 B untuk melihat Birahi Domba Betina: Bareuh (Alat Kelamin Betina Bengkak), Baseuh (Alat Kelamin Betina Basah) dan Bereum (Alat Kelamin Betina Merah), namun gejala 3 B ini terkadang tidak muncul sempurna kesemuanya, oleh karenanya kembali cara yang paling mudah untuk mengetahui induk domba betina dalam keadaan birahi adalah saat dinaiki oleh pejantan untuk kawin maka betina akan diam.
Teliti juga umur induk domba betina dalam hal ini apakah masih masuk fase produktif atau tidak.

Umur induk domba betina dapat dilihat dari struktur gigi yang dimiliki bilamana tidak ada recording kelahiran dari pemasok sebelumnya. Satu hal yang jelas di mana induk domba betina masih dapat terus produktif hingga usia 8 s.d 9 tahun dengan perawatan dan pemeliharaan yang baik. Betina yang terlalu gemuk pun rawan terhadap ketidaksuburan, istilah bahasa Sunda menyatakan Bajir.

Faktor jantan pun berpengaruh terhadap keberhasilan kebuntingan induk domba. Jumlah populasi pejantan untuk mengawini induk domba betina harus dibatasi, apabila terlampau sering kawin maka kualitas spermanya kurang begitu baik.
Untuk induk domba hanya melahirkan anak sebanyak 1 ekor per kelahiran dari sisi kuantitas, ukuran tubuh anak biasanya akan lebih besar untuk kelahiran tunggal dibandingkan kembar ataupun lebih dari 2. 

Pemeliharaan Ternak Bunting dan Anak Baru Lahir pada Domba - Kambing


PENDAHULUAN

Perkembangan ternak di Indonesia saat ini masih rendah. Berdasarkan
Data Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah 2004 peningkatan
produktivitas ternak ruminansia masih rendah. Perkembangan ternak
tahun 1999-2004 sapi perah baru mencapai angka 5,29%; sapi potong
0,52%; kambing 0,17%; domba 2,53% bahkan kerbau mengalami
penurunan 8,30%. Melihat keadaan tersebut sangat diperlukan sekali
usaha peningkatan populasi ternak.

Kambing dan Domba merupakan ternak yang menjadi andalan Jawa
tengah utamanya untuk jenis Kambing Peranakan Etawah yang banyak
dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan jenis Domba Texel yang
banyak dikembangkan di Kabupaten Wonosobo. Tetapi, sampai saat ini
perkembangan kambing dan domba di Jawa Tengah masih menunjukkan
peningkatan populasi yang belum begitu tinggi.

Beberapa masalah yang masih dihadapi dalam perkembangan
produktivitas ternak kambing dan domba adalah dalam bidang
reproduksi. Beberapa masalah yang sering muncul antara lain adalah
proses perkawinan, pemeliharaan ternak bunting dan perawatan anak
baru lahir. Tingkat kematian anak baru lahir pada kambing dan domba
masih cukup tinggi. Sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya peningkatan
pengetahuan peternak dalam upaya pemeliharaan betina bunting dan
anak baru lahir.

Reproduksi Kambing dan Domba

Kambing dan domba betina mencapai pubertas pada umur 5-7 bulan.
Panjang siklus berahi kambing dan domba antara 18-22 hari atau dengan
rata-rata 21 hari dengan lama berahi 24-48 jam (Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000). Kambing dan domba mengalami ovulasi menjelang akhir
estrus atau sekitar 24-26 jam setelah berahi (Toelihere, 1981; Jainudeen
et al. dalam Hafez, 2000). Tiap ovulasi kambing dan domba
mengovulasikan 1-3 sel telur (Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000).
Kambing dan domba mengalami partus atau melahirkan pada umur 150
hari kebuntingan (Toelihere, 1981; Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000).
Kidding dan lambing interval pada kambing dan domba mencapai 240
hari dengan indek reproduksi kambing dan domba betina mencapai 1,6
anak/betina/tahun. Kambing dan domba betina mulai dikawinkan umur
12 bulan (Sodiq dan Sumaryadi, 2002).

Kambing dan domba mencapai pubertas pada umur 4-6 bulan ditandai
dengan mulainya proses spermatogenesis. Proses spermatogenesis
merupakan proses produksi spermatozoa di dalam testis pada bagian
tubuli seminiferi (Garner dan Hafez dalam Hafez, 2000). Kambing dan
domba menghasilkan semen dengan volume 0,8 – 1,2 ml per ejakulasi.
Konsentrasi spermatozoa mencapai 2000-3000 juta per ml dengan
motilitas progressive 60-80% dan abnormalitas 5-20% (Hafez, 1993).

Pemeliharaan Betina Bunting

Pemeliharaan betina bunting merupakan salah satu upaya penting
yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak.
Pemeliharaan ternak bunting perlu lebih diintensifkan utamanya dalam
hal pemberian pakan dan perawatan (hindari dari terjatuh dan benturan
atau kondisi kandang yang kurang baik). Proses pemeliharaan
kebuntingan ini sangat penting karena embrio ternak cukup labil
utamanya pada umur kebuntingan muda. 

Hasil penelitian Ayalon (1978) dalam Hunter (1995) menunjukkan kematian embrional pada umur 35 –42 hari pada domba mencapai 31%. Penelitian lain dari Toelihere (1981)
menunjukkan bahwa kematian embrional dalam minggu pertama
kebuntingan mencapai 25%. Kematian embrional ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain kondisi pakan, ketidakseimbangan hormonal dan beberapa penyakit seperti Vibriosis dan Bruchelosis (Toelihere,
1981). Alasan utama perlunya pemeliharaan betina bunting yang lebih
insentif karena betina bunting tersebut merupakan penentu kualitas
anakan yang akan dihasilkan.

Beberapa cara untuk memelihara ternak bunting adalah dengan
perbaikan pakan dan pemisahan induk bunting. Pakan menjadi salah satu
faktor penting dalam pemeliharaan betina bunting karena dengan
memberikan pakan yang baik akan memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
mendukung pertumbuhan anakan kambing domba ataupun kesehatan
indukan. Indukan juga membutuhkan pakan yang baik terutama untuk
mempertahankan kesehatan utamanya kesehatan tulang sekaligus
digunakan untuk memproduksi air susu. Beberapa bahan pakan utama
yang dibutuhkan oleh betina bunting antara lain adalah kandungan
kalsium, asam amino essensial tertentu seperti lysin dan karbohidrat
sebagai sumber energi.

Contoh formulasi ransum yang dapat diberikan pada betina bunting
antara lain :
 Hijauan 3 kg

 
Konsentrat :
 Dedak Padi 0,5 kg

 Jagung 0,5 kg

 Garam dapur 1 sdt


Contoh formulasi ransum ini dapat digunakan hingga ternak betina
tersebut melahirkan. Selain itu dapat juga diberikan beberapa bahan
pakan berenergi tinggi seperti ketela pohon.
Induk harus dipisahkan untuk menghindari benturan ataupun
gangguan betina lain. Gangguan akan banyak terjadi apabila terdapat
ternak yang dominan. Selain pemisahan, kondisi kandang juga harus diperhatikan, antara lain jarak bilah pada lantai sehingga dapat
menurunkan resiko terperosok.

Perawatan Anak Baru Lahir

Selain pemeliharaan betina bunting, perawatan anak baru lahir juga
menjadi faktor utama dalam menurunkan kematian anak baru lahir.
Beberapa penyebab kematian anak baru lahir antara lain bobot badan
yang rendah, defisiensi pakan, infeksi bateri, mencret dan dehidrasi.
Penyebab kematianmenunjukkan kualitas pakan ynag baik sangat
menentukan (Hunter, 1995; Sorensen, 1979).

Persiapan kelahiran ternak juga harus diperhatikan karena dengan
kelahiran yang tidak sempurna akan menyebabkan cacat. Persiapan
kelahiran yang perlu disiapkan adalah penyediaan tempat yang luas dan
beralaskan suatu bahan yang empuk seperti jerami padi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan anak baru
lahir adalah :
1. Lakukan upaya agar indukan kambing dan domba dapat menjilati
anaknya.
2. Usahakan dalam 1-2 jam anak kambing dan domba sudah
mendapatkan susu anakan.
3. Berikan susu pengganti apabila indukan tidak mau memberikan air
susu.
4. Pisahkan anakan dan sediakan susu pengganti apabila indukan
mengusir anaknya.

Susu pengganti menjadi faktor penting bagi anakan kambing dan domba
karena dengan penggunaan susu pengganti ini akan dapat memenuhi
kebutuhan anakan.
Salah satu formulasi susu penganti yang dapat diberikan adalah :
1. Susu Murni 200 gram
2. Susu Skim 200 gram
3. Gula Pasir 100 gram
4. Oil 1 sdt

Formulasi susu pengganti ini disiapkan untuk 1 ekor anakan dan
diharapkan sekali minum.

PENUTUP
Pemeliharaan induk bunting dan anak baru lahir sangat penting
sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Apabila pemeliharaan induk
bunting dan anak baru lahir dapat diperhatikan dengan baik akan
menurunkan angka kematian anak sehingga akan meningkatkan
produktivitas kambing dan domba.


Oleh : Daud Samsudewa, S.Pt, M.Si
(Staff Pengajar Fakultal Peternakan UNDIP Semarang)

Upaya Pengobatan Secara Alami untuk Ternak Domba - Kambing


Adanya gangguan penyakit pada ternak dapat membuat peternak menjadi resah. Peternak sangat sadar akan dampak negatifnya yaitu kerugian dalam berternak. Untuk menghindari resiko tersebut, peternak harus berupaya menyelamatkan dan menyembuhkannya, yaitu dengan mencari obat penangkal penyakit.
Obat atau jamu yang sudah sejak lama digunakan peternak tradisional ternyata masih sangat beragam, baik dengan cara ramuan maupun tunggal. Selain untuk pengobatan, obat tradisional dapat digunakan untuk tindakan pencegahan (preventif). Obat digunakan digunakan walaupun kondisi ternak sehat, baik untuk obat luar maupun untuk obat dalam tubuh.

Hakikat pengobatan tradisional pada dasarnya berlandaskan pada pengalaman empiris yang praktik pengobatannya sudah berlangsung dalam waktu yang lama. Bahannya dapat berasal dari tumbuhan, hewan, mineral atau campuran bahan-bahan tersebut. Dalam istilah farmasi, sediaan bahan dari tersebut disebut simplisia.

Simplisia nabati dapat berasal dari seluruh bagian tanaman atau bagiannya (akar, kulit batang, daun, bunga, buah, umbi atau biji), maupun eksudat tanaman (zat nabati yang secara spontan keluar, dikeluarkan atau diekstrak dari jaringan sel tanaman).

Beberapa simplisia nabati untuk ternak : kunyit, temulawak, kencur, bawang putih, sirih, cengkeh, adas, lada, minyak tanah atau gula merah. Simplisia hewani antara lain kuning telur ayam dan madu. Simplisia mineral atau pelican yang belum atau sudah diolah secara sederhana misalnya belerang, kapur, dan garam dapur.

Berikut ini macam penyakit dan pengobatannya didapat dalam pemberdayaan peternak Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa Republika di Tanggamus Lampung.

I. MENINGKATKAN STAMINA/DAYA TAHAN TUBUH/STRESS

Meningkatkan stamina, daya tahan tubuh dan strees kambing penting untuk dijaga bahkan ditingkatkan. Ternak kambing yang habis dari perjalanan jauh, perubahan musim dan masih dalam proses adaptasi atau penyesuaian lingkungan baru kambing akan mengalami penurunan stamina, daya tahan tubuh dan stress yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan ternak kambing mudah terserang penyakit bahkan berakibat pada kematian.

Tanda klinis : Kambing menjadi lesu dan tidak bergairah.
Nafsu makan berkurang bahkan hilang.
Kambing terlihat sering duduk-duduk.

Pencegahan : Tempatkan kambing pada kandang/lokasi yang teduh.
Hindari kegaduhan atau kegiatan yang membuat ternak kaget.
Berikan pakan sesuai daerah asal (ramban yang sudah layu ± 3 jam).

Pengobatan jamu : 1. Larutkan gula merah ¼ kg dicampur asam jawa secukupnya. Jamu ini diberikan setelah kambing sampai di kandang atau dari perjalanan jauh (pra droping), cuaca di sekitar kandang memburuk (terik panas/hujan) dan pada saat satu bulan pertama droping/adaptasi. Jamu ini diberikan 1 satu minggu satu kali dan dua hari berturut-turut sesaat setelah droping.
2. Madu ¼ gelas dicampur dengan kuning telur itik 1 butir. Berikan jamu ini dengan cara diminumkan.

II. MENINGKATKAN NAFSU MAKAN

Dengan meningkatnya nafsu makan kambing maka produktifitasnya akan meningkat dan ternak dapat terjaga stamina, daya tahan tubuh, strees dan penyakit. Untuk itu, upaya meningkatkan nafsu makan perlu terus dilakukan. Adapun jamu berikut dapat dipilih untuk meningkatkan nafsu makan.

1. Daun talas 3 lembar dan garam dapur 3 sendok makan direbus selama 15 menit. Daun yang sudah matang dijadikan untuk tiap ekor kambing.
2. Kencur segar 1 ons, diparut dan dicampur kuning telur ayam 1 butir, Jamu ini diberikan setiap 3 hari sekali sampai kondisi makan kambing normal.
3. Daun buni, umbi lempuyang gajah dan terasi secukupnya ditumbuk hingga halus, lalu ditambah sedikit air matang. Ramuan ini diperas dan diambil sarinya dan airnya diberikan pada kambing.
4. Mentimun 2 buah diparut, lalu dicampur garam dapur, asam jawa, terasi dan air secukupnya. Ramuan ini siap diberikan pada kambing untuk sekali pemberian.
5. Daun buni 5 lembar, lengkuas sebesar ibu jari, terasi dan garam dapur secukupnya ditumbuk hingga halus lalu ditambahkan air secukupnya. Ramuan ini diperas dan airnya disaring dan diberikan pada 2 ekor kambing.
6. Pucuk daun durian 5 lembar, daun buni 5 lembar, daun dadap serep 5 lembar, terasi dan garam dapur secukupnya kemudian bahan ini dihaluskan. Tambahkan sedikit air dan airnya diperas. Air perasan ini diberikan pada 2 ekor kambing.

III. PERUT KEMBUNG
Kembung (bloat) disebabkan oleh penimbunan gas dalam perut akibat proses fermentasi berjalan cepat. Tingginya akumulasi gas menekan organ dalan tubuh sehingga menimbulkan kesakitan, pernapasan dengan mulut terbuka atau frekuensi pernapasan tinggi, serta frekuensi buang air besar dan kencing meningkat. Agar ternak terhindar dari perut kembung, hindari pemberian pakan kambing sebagai berikut :
Pakan hijauan yang masih terlalu muda, banyak mengandung air atau terlalu basah, baik terkena air hujan atau embun. Maka sebaiknya kambing diberi pakan hijauan yang sudah kering dari embun pagi.
Pakan dari bahan pakan yang mudah dan cepat difermentasi seperti kol, lobak dan wortel secara berlebihan.
Pakan biji-bijian yang tergiling halus terlalu banyak, tetapi kuarang mendapat hijauan berserat.
Pakan leguminosa (daun kacang-kacangan) terlalu banyak.
Bila keadaan memaksa, hijauan sebaiknya diberi percikan minyak kelapa.

Tanda klinis : Kambing merasa gelisah, sakit, dan sulit bernapas.
Perut bagian kiri mengalami pembesaran yang bila ditepuk akan berbunyi seperti bedug/gendang.
Punggung membungkuk, denyut jantung melemah, selaput lender mulut kebiruan.
Ternak jatuh dan susah bangun lagi, bila dibiarkan ternak dapat mati mendadak.

Pengobatan jamu : 1. Minyak nabati (minyak kelapa, minyak kedelai, atau minyak sawit) sebanyak 100-200 ml (sekitar ½ – 1 gelas) dengan cara dicekok.
2. Kambing dicekok 200 cc “Sprite/soda”, lalu perut yang kembung sebelah kiri dibalur dengan bawang merah hanlus dan sudah dicampur dengan minyak angina. Bila angina sudah keluar melalui anus, kedua kakidepan diangkat ke atas sambil sisi perut dijepit dengan kaki kita. Mulut kambing harus selalu terbuka, dengan cara mulut kambing disumbat dengan kayu/paralon secara melintang dan usahakan kambing tetap berdiri. Dengan cara ini semua timbunan gas dalam perut akan keluar.
3. Bagian anus kambing ditusuk dengan tangkai daun papaya yang ujungnya sudah diolesi minyak goreng agar tidak melukai dinding anus. Setelah itu kedua sisi perut kambing dijepit sehingga gas akan keluar melalui tangkai daun papaya.


IV. KUDIS/KURAP/SCABIES
Kudis atau kurap disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei, Psoroptes communis var.ovis dan Chorioptes ovis. Tungau ini mudah menular ke ternak lain.

Tanda klinis : Kulit tampak bercak-bercak merah yang membentuk bisul sehingga mengalami kekakuan, penebalan dan bersisik.
Ternak menggosok-gosokkan bulunya ke dinding kandang karena gatal, bulu rontok.
Ternak kurus, nafsu makan berkurang dan anemia/kekurangan darah.
Produksi susu menurun.

Pencegahan : Sanitasi kandang dan penyemprotan pada kandang yang tercemar atau pernah terdapat ternak kudisan.
Ternak sakit dipisahkan dari yang sehat dan hindari kontak langsung dengan ternak sehat.

Pengobatan : 1. Ternak terlebih dahulu dimandikan dengan disikat dan dengan sabun antiseptic/deterjen.
2. Permukaan kulit yang sakit digosogkan campuran serbuk belerang, kunyit dan minyak kelapa yang dipanaskan setiap 2 hari sekali.
3. Kulit yang sakit diolesi dengan oli bekas secara teratur seminggu sekali. Pengobatan dengan oli bekas dari kendaraan yang sidah menempuh jarak 1.000 km paling efektif karena pertumbuhan bulu dan perbaikan kulit sangat baik dibandingkan dengan menggunakan belerang (Balai Penelitian Veteriner/Balitvet).
4. Jeruk purut digiling halus, ditambahkan garam dapur dan minyak kelapa. Gosokkan pada kulit yang terserang kudis.
5. Lengkuas, daun ketepeng kerbau dan garam dapur dihaluskan dan dioleskan pada bagian kulit yang terserang kudis.


V. MATA BELEKAN (pink eye)
Kambing yang terserang belekan aktivitasnya akan terganggu ini disebabkan oleh trauma akibat tertusuk ujung rambut, debu dan duri. Walaupun demikian penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, Chlamidia dan Ricketsia.

Tanda klinis : Mata mengeluarkan air, tertutup dan berkedip-kedip.
Mata membengkak, merah, kemudian keruh dan timbul borok pada selaput bening hinga mengalami kebutaan.

Pencegahan : Kebersihan kandang dijaga/sanitasi, pisahkan ternak yang sakit.
Pakan dipotong pendek agar tidak melukai mata.
Memandikan kambing 1 bulan 2 kali pada waktu cuaca cerah.

Pengobatan : Mata ternak dicuci dengan air hangat. Semprotkan dengan teh dan garam yang dilarutkan dalam air hangat. Penyemprotan dilakukan oleh mulut kita. Sesudah disemprot berikan obat tetes mata atau salep mata manusia. Pengobatan ini dilakukan setiap hari hingga sembuh.


VI. DIARE ATAU MENCRET
Mencret terjadi karena adanya gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri, makanan rusak, serta lingkungan atau udara dingin.

Tanda Klinis : Feses atau kotoran kambing berwarna hijau muda, hijau mengkilap, hijau kekuningan, hijau kemerahan atau hijau kehitaman.
Ternak tampak lesu, lemah dan pucat.

Pencegahan : Hindari hijauan kacang-kacangan atau daun muda secara berlebihan.
Jaga sanitasi kandang.

Pengobatan jamu : 1. Kambing sakit diberi larutan garam 10 gr dan gula pasir 10 gr dan air matang 2,5 liter.
2. Ternak sakit diberi larutan oralit atau norit sebanyak 3 tablet.
3. Air kelapa muda diminumkan secukupnya.
4. Daun jambu biji 5 lembar dilumatkan bersama garam dapur dan diberikan pada kambing.
5. Ternak lebih banyak diberi hijauan daun jambu biji, daun bambu muda dan daun buni.

VII. KERACUNAN PAKAN
Tanda-tanda keracunan ialah mulut berbusa, kejang, kebiruan pada selaput lendir dan terkadang mati mendadak.

Pengobatan :
1. Minyak kelapa 1 gelas diminumkan pada 1 ekor kambing dan beri minum air kelapa sebanyak-banyaknya.
2. Air kelapa dicampur dengan asam jawa dan garam dapur secukupnya duminumkan pada ternak yang keracunan.
3. Bila ternak keracunan insektisida, kambing diberi air minum santan kelapa hangat 1 gelas.
4. Ternak jangan diberi hijauan beracun seperti, daun singkong dan daun dadap serep.


VIII. KAKI PINCANG
Biasanya kambing pincang karena terperosok/terjepit lantai kandang. Kambing yang pincang dapat diobati dengan ramuan daun sereh. Seikat daun sereh ditumbuk sampai lembut, lalu dibalutkan pada kaki. Agar tidak lepas ramuan ini diikat dengan perban atau potongan kain.

IX. CACINGAN
Cacing yang banyak menimbulkan kerugian pada kambing adalah cacing Haemonchus contortusi. Cacing ini hidup sebagai parasit di pencernaan kambing menghisap sari makanan, cairan tubuh dan darah, serta mengeluarkan racun yang mengakibatkan kambing menjadi lemah dan lesu.

Tanda klinis : Kambing terlihat kurus, lemah, pucat, bulu berdiri dan kusam.
Kambing diare, nafsu makan berkurang, perut membesar dan produksi susu menurun.

Pengobatan jamu : 1. Buah pinang/jambe tua sebanyak 2 buah yang sudah dijemur hingga kering dan ditumbuk halus lalu diaduk dengan gula jawa dan dibentuk pellet/butiran. Pemberian ini diberikan dengan cara dicekokkan.
2. Daun tembakau 5 lembar dilumatkan, lalu dicampur air secukupnya dan disaring. Air saringannya diminumkan pada ternak yang sakit.
3. Serbuk getah papaya muda dicampur air dengan perbandingan 1 : 5 hingga terbentuk suspensi. Suspensi getah papaya ini diminumkan atau dicekokkan dengan menggunakan selang agar langsung masuk ke dalam perut. Pemberian sebanyak 1,2 gr/Kg berat badan.

Getah Pepaya Sebagai Obat Cacing Alami pada Ternak Domba - Kambing


PENDAHULUAN

Ternak ruminansia kecil (kambing dan domba) merupakan komoditi potensial
untuk pengembangan usaha tani oleh petani kecil di pedesaan, karena bentuk
tubuhnya kecil, kebutuhan makanan yang lebih sedikit dan kandang yang relatif
sederhana dibandingkan dengan ternak besar. Ini berarti investasi modal dan
tenaga kerja yang diperlukan relatif tidak besar.

Salah satu kendala yang dapat mempengaruhi percepatan pengembangan
ternak kambing/domba di pedesaan adalah penyakit, ini akibat dari pola
pemeliharaannya yang masih sederhana. Penyakit tidak hanya mengakibatkan
kerugian ekonomi karena menurunnya produktivitas ternak bahkan kematian,
namun dapat pula menimbulkan dampak negatif yang lain yaitu menurunnya
minat petani peternak untuk mengembangkan usahanya.

Diantara penyakit yang menyerang kambing/ domba bahkan dapat
mengakibatkan kematian adalah penyakit parasit saluran pencernaan yang
disebabkan oleh infeksi cacing nematoda antara lain Haemonchus contortus,
Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp dan Trichuris sp.
Cacing nematoda yang paling banyak ditemukan terutama adalah Haemonchus
contortus. 

Cacing Haemonchus ini paling banyak menimbulkan kerugian
ekonomi karena infeksi Haemonchus contortus pada kambing atau domba dapat
menyebabkan kematian, menghambat pertumbuhan, menghambat pertambahan
berat badan serta menimbulkan gangguan reproduksi.

Iklim tropis di Indonesia sangat menunjang kelangsungan hidup parasit ini serta
membantu terjadinya infeksi pada ternak kambing/domba.
Untuk menanggulangi, mencegah dan mengobati penyakit tersebut, selain harga
obatnya mahal dan tidak terjangkau oleh daya beli petani kecil dipedesaan maka
perlu beberapa alternatif dengan pemberian obat-obatan tradisional antara lain
getah pepaya atau perasan daun pepaya.

Biologi

Haemonchus contortus

Haemonchus contortus merupakan cacing yang hidup didalam
abomasum (perut kitab) domba, kambing dan sapi. Cacing tersebut menghisap
darah induk semangnya sehingga menimbulkan beberapa efek terhadap induk
semangnya antara lain: anemia (kurang darah), kadang-kadang di jumpai
kebengkakan pada rahang bawah, gangguan pencernaan, penurunan berat
badan dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain.

Tanda tanda penyakit
- Anemia (kurang darah).
- Tubuh kurus, kulit kasar dan bulu kusam.
- Kehilangan nafsu makan.
- Diare (mencret).
- Konstipasi (sulit buang air) bila infeksinya berat.
- Di jumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya.


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Untuk pengendalian dan pencegahan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya.
2. Menghindari kepadatan dalam kandang.
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa.
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek.
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur.

PENYADAPAN GETAH PEPAYA DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI OBAT

Selain pencegahan dan pengendalian maka bagi ternak yang menderita
cacingan dapat di obati dengan obat cacing. Pada kondisi krisis seperti sekarang
ini, harga obat racing sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh petani
peternak dipedesaan serta sangat terbatasnya ketersediaan dilapangan. Oleh
karena itu untuk mensiasati keadaan tersebut perlu diberikan obat obatan
tradisional antara lain getah / daun pepaya. Getah pepaya dapat diperoleh dari
hampir seluruh bagian pohon pepaya. Getah dapat diperoleh paling banyak dan
paling baik mutunya dari buah pepaya yang masih muda. Getah buah pepaya
mengandung papain, Kimo papain A, Kimo papain B, papaya peptidase, pektin,
D-galaktase dan L-arabinose.

1. Penyadapan getah pepaya.
- Buah pepaya muda yang masih menggantung dipohon, ditoreh membujur
dengan sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1 - 2 cm.
- Waktu penyadapan pukul 06.00-08.00, diulang 4 hari sekali pada buah
yang sama.
- Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan gelas/slat
dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip.
- Setiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan
Natrium Bisulfit 30 % untuk mencegah oksidasi.
- Kemudian Dijemur dibawah sinar matahari atau dioven pada suhu 30 - 60
derajat Celcius sampai kering.
- Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk.

2. Penggunaan sebagai obat cacing
- Dosis (takaran) yang diberikan adalah 1,2 gram/ kg BB, setiap minggu 3
kali pemberian.
- Serbuk getah pepaya di campur dengan air dengan perbandingan 1 : 5 (1 bagian serbuk dan 5 bagian air) diaduk hingga berbentuk suspensi.
- Suspensi tersebut diminumkan atau diberikan lewat mulut dengan selang
langsung kerumen.

Selain getah pepaya yang diambil dari buah pepaya muda, dapat juga perasan
daun pepaya dipergunakan sebagai obat cacing tradisional dengan cara sebagai
berikut:
- Ambil 2 sampai 3 lembar daun pepaya (tidak terlalu muda/tua).
- Haluskan daun pepaya tersebut, berikan sedikit air matang/bersih
kemudian diperas dan diambil airnya.
- Minumkan pada ternak kambing/domba sebanyak 2 sampai 3 sendok
makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu, 3
kali pemberian. 

Cara Pengobatan Penyakit Cacing Hati pada Domba - Kambing


Sering terjadi gejala kematian domba secara tiba2 di kalangan peternak tradisional, ketika dibedah hatinya tampak hancur indikasinya itu adalah akibat serangan cacing hati.  Tindakan pencegahan sebenarnya ialah pemberian obat cacing secara rutin tepatnya per 2 bulan sekali, kemudian tindakan pengobatan sebaiknya harus dengan resep dan petunjuk dokter hewan apabila memang sudah terindikasi cacing hati.

Penyakit cacing cepat dalam pengembangbiakan dan penyebarannya yang biasanya dikarenakan antara lain keadaan kandang ternak yang kotor, basah dan lembap serta lingkungan sekitar yang kumuh, atau bisa juga cacing terbawa ke kandang akang secara tidak sengaja dikarenakan rumput yang diarit dari lahan di mana mengandung larva cacing. Berbagai kasus penyakit cacing yang terjadi umumnya dikarenakan hal di atas, berikut adalah pedoman guna menjaga kesehatan ternak domba agar terhindar dari penyakit cacing :

Hindari kegiatan mencari rumput terlampau pagi yang akan diberikan sebagai pakan domba, rumput yang didapat terlampau pagi berpotensi mengandung telur cacing yang nantinya akan berkembangbiak pada saluran pencernaan ternak.  Idealnya kegiatan mencari rumput dilakukan di atas jam 10 pagi. Pedoman ini juga berlaku untuk ternak domba yang digembalakan.
Jaga kondisi kandang dan lingkungan agar tidak lembab dan basah, hal ini berpotensi mengundang kehadiran siput air tawar yang menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh ternak. Kegiatan membersihkan kandang dilakukan secara rutin setidaknya 1 minggu sekali. Kumpulkan kotoran ternak pada satu tempat dan jangan biarkan berserakan ataupun memenuhi bagian dasar lantai kandang.



Sumber di Dinas Peternakan Banjarbaru Kalimantan Selatan itu menyatakan, tanda-tanda ternak kambing yang diserang cacing adalah: kambing kelihatan lesu, lemah dan pucat; bulu kasar dan tidak mengkilat; kurus, pertumbuhan lambat; kadang-kadang mencret.

Pencegahannya antara lain dapat dilakukan dengan menghindarkan kambing dari tempat yang lembab dan digenangi air dimana banyak terdapat larva cacing, serta dengan pemberian obat cacing yang teratur.

Cara Mengatasi Sakit Mata Pada Domba - Kambing


Sakit mata pada hewan ternak Domba ataupun Kambing selain disebabkan oleh debu akibat perjalanan jauh, kondisi kandang yang kotor ataupun lembab juga dapat menjadikan terjadinya penyakit ini. Disamping itu uap urine akibat jarak yang terlalu rendah antara lantai panggung dan tanah juga berpotensi menyebabkan hewan ternak Domba ataupun Kambing rawan terhadap serangan penyakit mata. Gejala awal adalah mata berair, kemudian beberapa hari kemudian biasanya diikuti dengan kemerahan, bengkak, selaput bening menjadi keruh kemudian putih di mana bila tidak lekas diobati akan menjadikan kebutaan pada hewan ternak Domba ataupun Kambing.

Di musim penghujan ini kasus serangan penyakit mata cukup sering terjadi. Kata kuncinya adalah jagalah selalu kebersihan kandang dan segera pisahkan hewan ternak Domba ataupun Kambing yang terserang penyakit mata untuk tidak berdekatan dengan hewan ternak yang sehat. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan salep ataupun obat tetes mata merk Erlamycetin dan bisa juga jeruk nipis sebagai obat tradisional. Hindari domba sementara waktu dari terpaan terik sinar matahari dan kandangkan di tempat yang teduh.

Ketika akan memberikan pengobatan pada hewan ternak Domba ataupun Kambing yang terserang penyakit mata yaitu bila ukuran badan hewan ternak relatif besar maka dapat dilakukan dengan cara tampak gambar seperti di atas. Kedua kaki petugas menjepit badan hewan ternak Domba sehingga biasanya domba tidak akan berontak. Semoga bermanfaat!

Pengaturan Nutrisi pada Domba


Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:

1.            Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
2.       Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro.
3.       Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin.
4.       Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.

Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:

1.       Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
2.       Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
3.       Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
4.       Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
5.       Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas

Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:

1.       Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
2.       Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
3.       Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
4.       Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
5.       Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
6.       Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
7.       Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
8.       Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
9.       Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
10.    Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
11.    Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
12.    Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
13.    Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
14.    Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
15.    Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
16.    Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
17.    Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
18.    Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
19.    Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
20.    Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
21.    Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari


KOMPOSISI KONSENTRAT
·               Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-
·               Konsentrat Rp. 2.450.000,-
·               Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-
·               Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-
·               Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-
·               Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,-
·               Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-
·               Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
·               Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-

Pengaturan Produksi Anak Domba


Tujuan dari prorgam ini adalah untuk terciptanya pola produksi tepat sasaran

PEDOMAN TEKNIS :

1.    Pengaturan perkawinan domba ditujukan untuk mengatur produksi anak disesuaikan dengan target penjualan. Minimal target yang dikejar adalah satu ekor per bulan dapat dijual.
2.  Pejantan dan 8 ekor betina merupakan skala usaha terkecil untuk menghasilkan anak satu setiap bulan. domba induk disatukan dengan pejantan selama 2 bulan dan diganti setiap 2 bulan dengan induk berikutnya tidak bunting.
3.       Lama pemeliharaan anak bersama induk adalah 3 bulan dan disapih untuk tujuan penggemukan atau bibit.
4.   pakan untuk induk bunting dan menyusui ditambahkan pakan tambahan disamping pakan dasar rumput/hijauan (1 1/2 % berat badan)

SUMBER
Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

Hama dan Penyakit pada Domba - Kambing



1.           Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.

2.           Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).

3.           Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.

4.           Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.

5.           Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.

6.           Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.

7.           Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.

8.           Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.

9.           Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.

10.        Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.

11.        Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.

12.        Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.


Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:

1.           Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2.           Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3.          Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
4.           Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5.           Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6.           Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7.           Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8.           Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.